Senin (13/4) pukul 16.00. Di sela riak laut, cahaya matahari seperti menebar butiran mutiara. Nurdin (50) mendorong perahu kecilnya dari tepian kampung nelayan di RW 4 Kampung Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara (Jakut). Perahu pun bergeser ke tengah, diombang-ambingkan angin sore. Di seberang, deretan kapal kayu bersandar di Pelabuhan Sunda Kelapa. Cuaca cerah, menyenangkan. Tapi tidak buat Nurdin. Pekerjaannya mengantar wisatawan berkeliling kawasan Sunda Kelapa sampai Pulau Onrust, tidak lagi menyimpan banyak harapan seperti 15 tahun lalu. Kala itu, dengan pekerjaan serupa, warga masih mampu menabung dan menyekolahkan anak-anak mereka hingga SMA. Tapi sekarang? “Pendapatan bersih saya sehari rata-rata hanya Rp 50.000,” ucapnya tak bersemangat. Kedua tangannya terus mendayung.Tak jauh dari rumahnya, Suarto (53) duduk gelisah di depan tokonya, menunggu pembeli yang tak juga datang. Usaha kerajinan kerang yang ditekuni ibunya sejak tahun 70-an kini lesu. Padahal, tahun 80-an usaha tokonya di Jalan Pasar Ikan Kampung Luar Batang itu ramai pembeli. Kini, wisatawan yang datang ke sana jauh berkurang. "Dulu, tempat pelelangan ikan di belakang deretan toko juga masih ramai. Ada beberapa warung ikan bakar di situ. Turis suka pada suasananya," tutur Sanang (62), pengojek sepeda yang mangkal di depan deretan toko. Ia sudah 20 tahun mengojek di situ. Lima belas tahun lalu, para pengojek mendapat banyak pelanggan, terutama para pedagang pengecer ikan segar dan turis.“Pendapatan kami tahun 80-an memang cuma Rp 15.000. Tetapi, sepiring nasi sayur dan telur kala itu cuma Rp 50. Sekarang, pendapatan kami sehari rata-rata Rp 30.000. Buat makan dan rokok, Rp 25.000," papar Sanang. Ia menjelaskan, setelah ada pelelangan ikan di Muara Baru dan Muara Angke, pelelangan ikan di Kampung Luar Batang sepi.
Belum banyak tergarap Menurut mantan Lurah Penjaringan, Budi Santoso, 60 persen dari jumlah penduduk Penjaringan bekerja di sektor informal. Sisanya bekerja sebagai buruh di pabrik, pergudangan, pelabuhan, dan pelayan rumah toko.Mereka yang bekerja di sektor informal, umumnya hidup di bawah garis kemiskinan. Padahal, di Penjaringan banyak peluang usaha wisata yang belum banyak tergarap.Setidaknya ada lima lokasi yang bisa diintegrasikan menjadi bermacam paket wisata menarik. Kelima lokasi tersebut, Museum Bahari, Pasar Ikan, Gedung Galangan Kapal VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie), dan Masjid Keramat Luar Batang di Kelurahan Penjaringan, serta Pelabuhan Sunda Kelapa di Kelurahan Ancol. (Courtesy By Kompas/Antara)
Belum banyak tergarap Menurut mantan Lurah Penjaringan, Budi Santoso, 60 persen dari jumlah penduduk Penjaringan bekerja di sektor informal. Sisanya bekerja sebagai buruh di pabrik, pergudangan, pelabuhan, dan pelayan rumah toko.Mereka yang bekerja di sektor informal, umumnya hidup di bawah garis kemiskinan. Padahal, di Penjaringan banyak peluang usaha wisata yang belum banyak tergarap.Setidaknya ada lima lokasi yang bisa diintegrasikan menjadi bermacam paket wisata menarik. Kelima lokasi tersebut, Museum Bahari, Pasar Ikan, Gedung Galangan Kapal VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie), dan Masjid Keramat Luar Batang di Kelurahan Penjaringan, serta Pelabuhan Sunda Kelapa di Kelurahan Ancol. (Courtesy By Kompas/Antara)
No comments:
Post a Comment