Mencari lokasi wisata alam yang indah, seru, tapi mudah dijangkau dari Kota Bandung? Tidak ada salahnya Anda mengunjungi Curug Cimahi. Selain pemandangan alam berupa air terjun alami setinggi 85 meter- salah satu yang tertinggi di Bandung dan sekitarnya, obyek wisata ini menawarkan pesona flora dan fauna yang indah.
Memasuki gerbang Curug Cimahi yang sempit, pemandangan berupa ngarai yang luas dan tinggi bakal langsung menyita perhatian kita. Dari kejauhan, di sela-sela semak dan pepohonan cemara yang menjulang, Curug Cimahi berdiri angkuh membelah ngarai. Suara deru air sungai yang jatuh dari ketinggian terdengar sayup-sayup seolah menggoda pengunjung untuk mendekat.
Namun, jangan pernah menganggap sepele untuk bisa meraih dasar curug ini. Di depan mata, terbentang 600 meter jalan setapak dengan 506 anak tangga ke bawah. Butuh waktu setidaknya 15-20 menit waktu normal untuk menempuh ke dasar air terjun. Jalan menyusuri ngarai di Desa Kertawangi, Cisarua, Bandung Barat ini cukup curam dan juga berkelok-kelok.
Untungnya, jalan setapak ini seluruhnya dalam kondisi baik. Terbuat dari batu-batu kali yang tidak akan becek kala musim hujan tiba seperti saat sekarang ini. Namun, saat gerimis, Anda harus hati-hati melangkah. Bisa-bisa terpeleset dan terkilir. Parahnya, bisa terperosok ke jurang. Jalan setapak yang lebarnya 1,2 2,5 meter ini betul-betul ada di pinggir jurang dan kadang hanya diberi batas pegangan kayu yang tentu tidak kuat buat menopang badan.
Di sepanjang perjalanan, jika beruntung, Anda akan menemui pribumi setempat yaitu monyet ekor panjang (Macaca Fascicularis ). Kawasan wisata ini merupakan salah satu tempat habitat satwa jenaka ini. Populasinya kini diperkirakan 100 ekor. Kera-kera liar ini biasa bersarang di pepohonan tinggi dan berdaun lebat. Sesekali mereka muncul di jalan setapak untuk memungut remah-remah makanan yang dijatuhi pengunjung.
Jika Anda termasuk penggemar burung-burung liar, tempat ini dapat memuaskan. Di ketinggian 600 meter dari dasar curug, persis di sebelah kanan aliran air terjun, Anda bisa menyaksikan burung-burung dari berbagai jenis, mayoritas jalak dan ciung batu kecil (Myophonus glaucinus) bersarang di bebatuan terjal. Jumlahnya yang hanya puluhan ini hanya bisa diamati jika Anda membawa teropong.
Dituntut stamina kuat untuk bisa melewati jalan setapak yang curam ini. Apalagi, jika pulang dan harus menapakinya kembali. Diusahakan Anda membawa bekal atau pun baju ganti yang cukup selama perjalanan. Tempat ini kerap dijadikan area jogging track penduduk setempat maupun dari Bandung dan sekitar Cimahi. "Pemandangannya sangat indah. Rasa capai pun tidak terasa," tutur Nunu Sumarna (52), warga Cimahi yang datang berkunjung ke tempat ini seminggu sekali.
Air cukup
Rasa lelah menuruni tangga pun akan lunas terbayar saat embun hasil percikan air terjun membasuh peluh di wajah. Siapa pun yang tiba di bawah, bakal tidak kuasa untuk menikmati air segar dan dingin dari curug dengan sekedar cuci tangan, membasuh kaki, atau pun mandi. Lepaskan dahaga dan lapar dengan mencoba berbagai camilan, penganan dan makanan yang dijajakan di berbagai warung sederhana yang tersedia di sekitar dasar air terjun ini. Jangan lupa cicipi wajik bakar yang juga menjadi jajanan khas di sini.
Menurut Engkos Kosasih(51), tokoh setempat, jika dilihat dari atas, air terjun ini memiliki dua tingkat. Curug Cimahi ini termasuk yang unik. Sesuai namanya cimahi alias air cukup, debit air terjun ini selalu sama, baik saat musim hujan atau pun kemarau. "Namun, dibandingkan puluhan tahun lalu, debitnya jauh berkurang. Dahulu, tahun 1970-an, derasnya bisa lima kali lipat dari sekarang," tuturnya.
Debit air yang mengalir ke Kota Cimahi ini dalam tiga dasawarsa terakhir makin berkurang karena eksploitasi air Sungai Cimahi untuk pemukiman serta air PDAM di dua daerah sekaligus, yaitu Kabupaten dan Kota Bandung. Padahal, dahulu, saat percikan air sungai begitu deras dan terhempas hingga berpuluh-puluh meter dari lokasi, biasa tercipta pelangi di daerah ini. (Courtesy Kompas/Antara)
Memasuki gerbang Curug Cimahi yang sempit, pemandangan berupa ngarai yang luas dan tinggi bakal langsung menyita perhatian kita. Dari kejauhan, di sela-sela semak dan pepohonan cemara yang menjulang, Curug Cimahi berdiri angkuh membelah ngarai. Suara deru air sungai yang jatuh dari ketinggian terdengar sayup-sayup seolah menggoda pengunjung untuk mendekat.
Namun, jangan pernah menganggap sepele untuk bisa meraih dasar curug ini. Di depan mata, terbentang 600 meter jalan setapak dengan 506 anak tangga ke bawah. Butuh waktu setidaknya 15-20 menit waktu normal untuk menempuh ke dasar air terjun. Jalan menyusuri ngarai di Desa Kertawangi, Cisarua, Bandung Barat ini cukup curam dan juga berkelok-kelok.
Untungnya, jalan setapak ini seluruhnya dalam kondisi baik. Terbuat dari batu-batu kali yang tidak akan becek kala musim hujan tiba seperti saat sekarang ini. Namun, saat gerimis, Anda harus hati-hati melangkah. Bisa-bisa terpeleset dan terkilir. Parahnya, bisa terperosok ke jurang. Jalan setapak yang lebarnya 1,2 2,5 meter ini betul-betul ada di pinggir jurang dan kadang hanya diberi batas pegangan kayu yang tentu tidak kuat buat menopang badan.
Di sepanjang perjalanan, jika beruntung, Anda akan menemui pribumi setempat yaitu monyet ekor panjang (Macaca Fascicularis ). Kawasan wisata ini merupakan salah satu tempat habitat satwa jenaka ini. Populasinya kini diperkirakan 100 ekor. Kera-kera liar ini biasa bersarang di pepohonan tinggi dan berdaun lebat. Sesekali mereka muncul di jalan setapak untuk memungut remah-remah makanan yang dijatuhi pengunjung.
Jika Anda termasuk penggemar burung-burung liar, tempat ini dapat memuaskan. Di ketinggian 600 meter dari dasar curug, persis di sebelah kanan aliran air terjun, Anda bisa menyaksikan burung-burung dari berbagai jenis, mayoritas jalak dan ciung batu kecil (Myophonus glaucinus) bersarang di bebatuan terjal. Jumlahnya yang hanya puluhan ini hanya bisa diamati jika Anda membawa teropong.
Dituntut stamina kuat untuk bisa melewati jalan setapak yang curam ini. Apalagi, jika pulang dan harus menapakinya kembali. Diusahakan Anda membawa bekal atau pun baju ganti yang cukup selama perjalanan. Tempat ini kerap dijadikan area jogging track penduduk setempat maupun dari Bandung dan sekitar Cimahi. "Pemandangannya sangat indah. Rasa capai pun tidak terasa," tutur Nunu Sumarna (52), warga Cimahi yang datang berkunjung ke tempat ini seminggu sekali.
Air cukup
Rasa lelah menuruni tangga pun akan lunas terbayar saat embun hasil percikan air terjun membasuh peluh di wajah. Siapa pun yang tiba di bawah, bakal tidak kuasa untuk menikmati air segar dan dingin dari curug dengan sekedar cuci tangan, membasuh kaki, atau pun mandi. Lepaskan dahaga dan lapar dengan mencoba berbagai camilan, penganan dan makanan yang dijajakan di berbagai warung sederhana yang tersedia di sekitar dasar air terjun ini. Jangan lupa cicipi wajik bakar yang juga menjadi jajanan khas di sini.
Menurut Engkos Kosasih(51), tokoh setempat, jika dilihat dari atas, air terjun ini memiliki dua tingkat. Curug Cimahi ini termasuk yang unik. Sesuai namanya cimahi alias air cukup, debit air terjun ini selalu sama, baik saat musim hujan atau pun kemarau. "Namun, dibandingkan puluhan tahun lalu, debitnya jauh berkurang. Dahulu, tahun 1970-an, derasnya bisa lima kali lipat dari sekarang," tuturnya.
Debit air yang mengalir ke Kota Cimahi ini dalam tiga dasawarsa terakhir makin berkurang karena eksploitasi air Sungai Cimahi untuk pemukiman serta air PDAM di dua daerah sekaligus, yaitu Kabupaten dan Kota Bandung. Padahal, dahulu, saat percikan air sungai begitu deras dan terhempas hingga berpuluh-puluh meter dari lokasi, biasa tercipta pelangi di daerah ini. (Courtesy Kompas/Antara)