Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Monday, November 17, 2008

Bagaimana Memotret Landmark dan Monumen

Kesulitan yang muncul dalam memotret landmark terkenal adalah karena tempat atau bangunan itu memang terkenal. Begitu terkenalnya sehingga hampir semua foto tentangnya, bahkan yang paling indah, bisa dianggap klise. Tantangannya adalah untuk membawa pulang foto kenangan yang dapat dikenali (Anda ingin orang tahu di mana saat itu Anda berada) dan sebuah gambar menarik di atas kartu pos.

Bagaimanapun, jangan memotong gambaran postcard terlalu cepat. Anda dapat menjumpai beberapa alternatif dari pemandangan yang biasa-biasa saja dengan memeriksa tempat-tempat yang memberikan sudut pandang yang tidak konvensional. Kita semua tahu bagaimana misalnya Bundaran Hotel Indonesia dengan air mancur di tengahnya kalau dilihat dari atas gedung-gedung tinggi di sekitarnya. Namun bagaimana jika Anda membingkai pemandagan bundaran itu melalui kisi jendela taksi ketika terjadi kemacetan di jam sibuk? Posisi yang aneh juga punya potensi - semakin aneh semakin menarik. Semua orang telah terbiasa dengan pemandangan yang kokoh dari Tugu Monas, namun berapa banyak orang yang mengeksplorasinya dari jauh, katakan memotretnya dari jarak satu atau dua kilometer, dengan memasukkan gedung-gedung tinggi di Jalan MH Thamrin atau Medan Merdeka Barat atau Selatan di latar belakang?

Tidak ada aturan yang menyatakan bahwa foto Anda harus menunjukkan keseluruhan landmark atau menyediakan interpretasi literal secara keseluruhan. Kadang-kadang potongan-potongan yang terpisah dari suatu subjek lebih menarik secara visual ketimbang memasukan keseluruhan subyek hanya agar dapat dikenali. (Courtesy Kompas/Antara)

No comments: