Batik adalah salah satu warisan budaya tradisional Indonesia. Salah satu kota yang memiliki warisan budaya ini adalah kota Solo, sampai sampai ada satu daerah di Solo yang disebut “Kampung Batik Kauman”. Kampung Batik Kauman terletak di tengah kota Solo berdekatan dengan pusat Keraton Kasunanan Surakarta, yaitu Alun –Alun Keraton dan juga berdekatan dengan Masjid Agung Solo.
Dalam perkembangannya, Kauman juga dikenal sebagai Kampung Santri sebagai pengaruh dari keberadaan pesantren Mamba’ul Ulum pada masa kepemimpinan Sri Susuhunan Pakubuwono X. Sebagai pusat dakwah, kegiatan keagamaan seperti pengajian rutin dilaksanakan dan juga sebagai daerah yang berdekatan dengan keraton, penduduk sekitarnya dibekali keterampilan membatik yang diajarkan oleh pihak Keraton. Pada awalnya batik buatan para abdi dalem tersebut hanya boleh digunakan bagi kaum ningrat Keraton tapi dengan berjalannya waktu, kain batik menjadi budaya atau identitas rakyat Solo. Saat ini Batik sudah menjadi salah satu industri yang mendorong perekonomian rakyat Solo. Keberadaan sentra industry batik Kauman dan Pasar Laweyan menjadi nilai jual di bidang wisata budaya.
Di Solo ada dua komunitas besar yang bergelut dengan batik, Kampoeng Batik Laweyan & Kampoeng Wisata Batik Kauman, kemudian ada tiga besar saudagar batik besar: Semar, Danarhadi dan Keris, sementara masih banyak lagi pengusaha batik yang tersebar dikota Solo baik itu yang menengah atau yang home industry
Sekitar tahun 1850-an kain batik menjadi pakaian wajib bagi masyarakat Jawa pada khususnya, oleh sebab itu permintaan kain batik melonjak sehingga produksi batik pun otomatis juga meningkat. Pada akhirnya batik menjadi suatu industri rumahan yang dapat meningkatkan taraf hidup rakyat. Sehingga banyak diantaranya menjadi juragan atau saudagar Batik dan merekapun mampu mendirikan bangunan rumah – rumah yang megah dan indah.
Rumah – rumah milik pedagang batik ini yang berbentuk Jawa tradisional dipengaruhi oleh konsep arsitektur Belanda, jadi sampai saat ini pun rumau-rumah tersebut masih dapat dinikmati keindahannya. Rumah – rumah ini disebut Rumah Indies. Ciri arsitektur Jawanya terlihat pada pendopo yang terbuka dan atap limasan yang digunakan. Ornamen atau hiasan pada pendopo rumah mencerminkan status social pemiliknya. Semakin indah ornamennya semakin tinggi status social pemilik rumahnya. Arsitektur Belanda diterapkan pada ornament-ornamen bangunan seperti tiang bangunannya, gable atap, dan lambrissering. Adanya ornamen asing pada hiasan rumah senagai bukti bahwa penghuninya telah memiliki hubungan usaha dengan orang asing.
Di Kampung Kauman, anda bisa menyaksikan tampilan rumah yang dikelilingi oleh tembok tinggi sekitar kurang lebih 7 meter dengan bentang bangunan antara 1 – 5 meter dari ketinggiannya, sehingga ruma- rumah Indies ini berkesan tinggi dan gagah. (Courtesy Bitmap Image)
Saturday, February 7, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment