
Tuesday, February 24, 2009
Atraksi Rebo Pungkasan Andalan Bantul

Indonesia Jadi Tujuan Wisata Spa Terbaik Dunia
Indonesia terpilih menjadi tujuan wisata spa terbaik di dunia melalui penghargaan yang akan dianugerahkan International Wellness Awards kepada Indonesia dalam International Travel Bourse di Berlin, Jerman."Mengapa Indonesia? Sebab Indonesiamampu mempertahankan warisan budaya leluhur dikombinasikan dengan hasil riset terbaru," kata Pimpinan Selected Hotel Promotion Inc (organisasi pariwisata internasional ternama), Frank Pfaller, dalam siaran pers, Rabu (18/2). Indonesia melalui Bali telah terpilih sebagai "The Best Spa Destination in The World". Penghargaan tersebut akan diserahkan dalam rangka penyelenggaraan pameran pariwisata tahunan yang bergengsi, yaitu International Tourism Bourse (ITB) di Berlin, Jerman, awal Maret 2009."Rencananya upacara penganugerahan akan dihadiri oleh para tokoh pariwisata terkemuka dari seluruh penjuru dunia," katanya.Hal itu karena kegiatan ITB merupakan pameran terbesar yang melibatkan ribuan pelaku bisnis di dunia pariwisata internasional. Penghargaan tersebut rencananya akan diterima secara langsung oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Jero Wacik, yang akan hadir dalam kegiatan ITB di Berlin tersebut. Bali dinilai merupakan kawasan wisata spa terbaik karena mampu memelihara kebudayaan asli leluhur, termasuk warisan raja-raja kuno. Bahkan, terminologi khas Bali dalam kaitannya dengan spa seperti boreh dan lulur telah diakui secara internasional.Pada kesempatan yang sama, Raja Denpasar IX Ida Tjokorda Ngurah Jambe Pamecutan juga akan dianugerahi penghargaan Senses Wellness Award 2009 dari organisasi yang sama.Raja Denpasar IX juga akan menerima The Five-star-Diamond Lifetime Achievement Award yang akan diberikan oleh Presiden American Academy of Hospitality Sciences Joe Cinque atas sumbangsih dan pengabdiannya dalam hal hubungan pertukaran dan perkembangan kebudayaan internasional. "Kami mewakili masyarakat spa yang ada di Bali akan berangkat dalam acara tersebut di samping karena tahun ini Bali terpilih menjadi tujuan spa terbaik dunia," kata Raja Denpasar IX Ida Tjokorda Ngurah Jambe Pamecutan.Ia berharap penerimaan penghargaan tersebut dapat lebih memperkenalkan pariwisata Indonesia kepada dunia internasional. Raja Denpasar IX rencananya akan berangkat dan membawa rombongan misi kebudayaan yang terdiri dari 80 raja dan sultan seluruh Indonesia yang tergabung dalam Forum Silaturahmi Keraton se-Nusantara."Kami juga akan membawa tim kesenian Bali klasik dan kesenian dari seluruh Nusantara untuk mempromosikan adat tradisi budaya kita kepada dunia. Prinsipnya bukan Indonesia untuk pariwisata, tetapi pariwisata untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia," katanya. (Courtesy Kompas/Antara)
Indonesia Berharap Pulau Komodo Masuk Tujuh Keajaiban Dunia

Direktur Jenderal Pemasaran Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, Sapta Nirwandar mengatakan, Candi Borobudur ternyata kalah populer secara internasional, sehingga melalui suatu voting melalui internet yang diadakan New7wonder Foundation, Candi Borobudur tak masuk dalam kategori Tujuh Keajaiban Dunia. "Sekarang ada voting lagi, dan Indonesia menjagokan Taman Nasional Pulau Komodo," ujarnya, Sabtu (21/2) di Jakarta.
Data yang dihimpundari situs www.new7wonder.com menyebutkan, sebanyak 222 negara mendominasikan 261 daerah-daerah tujuan wisata, untuk memperebutkan tujuh kategori keajaiban dunia. Hingga 7 Juli 2009, voting untuk menetapkan 77 unggulan, peringkat 1-11 untuk tujuh kategori. Dari 77 diperas lagi menjadi 21 kandidat atau tiga kandidat masing-masing kategori. Setelah itu, bulan September 2009 pihak New7wonder Foundation baru ditetapkan Tujuh Keajaiban Dunia.
Hasil voting sampai tanggal 16 Februari 2009 pukul 09.37 yang dipantau di situs new7wonder.com, hari Minggu (22/2), Taman Nasional Pulau Komodo berada sementara di peringkat 13 di kategori kelompok E (forest/national park/nature reserves). Peringkat 1-12 sementara kategori ini adalah berturut-turut Puerto Princesa, Amazon, Sundarbans Forest, Tree of Life, Bialowieza Forest, Balck Forest, Retezat National Park, Dinosaur Park, Christmas Island, Eua National Park, Okawango Delta, dan El Kala National Park.
Sapta Nirwandar menjelaskan, kesadaran masyarakat dunia untuk menjadikan obyek wisata alam unggulannya terpilih sebagai Tujuh Keajaiban Dunia sudah tinggi. Di Italia, misalnya, restoran dan tempat wisata menyediakan internet gratis agar bisa mengakses situs yayasan itu untuk ikut memilih langsung.
Sedangkan di Indonesia, pihaknya akan menyosialisasi kegiatan ini melalui kegiatan musik yang akan dilakukan oleh Dwiki Dharmawan dengan orkestranya pada Mei 2009. Masyarakat yang sudah melek internet diharapkan mau berpartisipasi dan mendukung Taman Nasional Komodo masuk objek kategori Tujuh Keajaiban Dunia.
"Kalau mulai sekarang masyarakat Indonesia serentak mendukung maka Insya Allah pada Juli 2009, Komodo bisa masuk ranking 11 dunia dan September baru ditetapkan pemenangnya," jelas Sapta.
Pengamat pariwisata Ridwan Tulus yang dimintai tanggapannya, Minggu (22/2) mengatakan, pengguna internet sedikitnya ada 13 juta orang. Jika jumlah yang besar ini bisa berpartisipasi mengisi form voting, maka Taman Nasional Pulau Komodo dipastikan bisa masuk Tujuh Keajaiban Dunia kategori taman nasional.
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata harus gencar mempromosikan dan menyosialisasikan tentang voting ini. Jika gagal masuk Tujuh Keajaiban Dunia, berarti Depbudpar gagal. Sosialisasi bisa melalui BUMN, komunitas, lembaga pendidikan, dan banyak cara lainnya, kata Ridwan Tulus, yang juga Presiden Asosiasi Wisata Jalan Kaki Asia-Pasifik. (Courtesy Kompas/Antara)
Banyak Cara Menikmati Sungai Mahakam

Berwisata ke Kampung Budaya Sindangbarang

Pulau Kumala, Uniknya Pulau di Tengah Sungai

Monday, February 16, 2009
Pulau Kemaro Nan Melegenda

Labels:
Pulau Kemaro Nan Melegenda
Wisata Orangutan Sedot Ribuan Turis Asing
Orangutan di Sungai Rungan, Kenangan...

Sungai ibarat masa lalu Kalimantan, sedangkan jalan adalah masa kini dan masa depan pulau itu. Masa depan yang suram.
Sembilan hari menyusuri jalan darat Trans-Kalimantan dari Nunukan, Kalimantan Timur, hingga Palangkaraya, kami tak lagi menyaksikan wajah lama Kalimantan, yang sering digambarkan sebagai rimba raya dengan aneka satwa. Di sepanjang jalan darat itu, hutan telah dibabat habis diganti dengan ladang sawit.
Maka, setiba di Palangkaraya, Tim Jelajah Kalimantan 2009 memutuskan beristirahat sejenak, menghirup bau hutan dan melihat geliat kehidupan di sungai. Dengan perahu kayu, The Rahai’i Pangun Jungle River Cruise Boat berukuran 20 meter x 6 meter, kami menyusuri sungai menuju Pulau Kaja. Pulau itu di tengah-tengah Sungai Rungan, anak Sungai Kahayan, tempat tinggal sekawanan orangutan.
Satwa yang menjadi ikon Kalimantan itu sengaja ditempatkan di Pulau Kaja sebagai pulau persinggahan untuk adaptasi sebelum dilepasliarkan di hutan. Orangutan cuek terhadap kedatangan kami, mudah diartikan sebagai belum siapnya mereka dikembalikan ke habitatnya. Mereka yang sudah liar dan menghindar dari manusia —predator utama mereka—siap dilepas.
Selain melihat orangutan, mata pelancong juga dimanjakan hijaunya alam Kalteng dengan kehidupan masyarakat setempat. Di tepi sungai, di Kampung Dayak Sei Gohong, misalnya, ramai pengangkutan karet dari perahu ke truk untuk dibawa ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Kami juga kerap berpapasan dengan belasan perahu kayu. Di sungai ini, transportasi sungai masih memperlihatkan geliatnya. Ketika hari menjelang senja, terlihat belasan orang memancing di tepi sungai. Kami pun saling bertukar salam dengan melambaikan tangan.
Penjelajahan Sungai Rungan sangat kami nikmati. Inilah penawar letih setelah berhari-hari dibanting-banting di Jalan Lintas Selatan Trans-Kalimantan. Air sungai yang tak bergejolak membuat perahu meluncur tenang seolah melaju di jalan tol.
Namun, harga untuk menikmati potret masa lalu Kalimantan itu tak murah. Untuk menyusuri Sungai Rungan dengan The Rahai’i Pangun Jungle River Cruise Boat selama dua jam, pelancong harus merogoh Rp 400.000 per orang. Namun, jika ingin berkelana lebih bebas, perahu dapat disewa seharga Rp 5,8 juta per hari (turis domestik) atau 1.200 dollar AS untuk turis mancanegara.
Operator kapal juga menawarkan paket sewa perahu selama 5 hari 4 malam atau 3 hari 2 malam. Paket sewa perahu ditunjang fasilitas kapal yang cukup nyaman, yakni lima kamar yang dilengkapi toilet dan pancuran mandi. Pelancong pun diajak singgah di kampung-kampung Dayak di hulu sungai.
Dengan harga sewa yang lumayan mahal untuk ukuran kocek Indonesia, umumnya, penyewa Rahai’i Pangun berasal dari Amerika Serikat, Australia, Afrika Selatan, Inggris, dan Belanda. Namun, pelancong yang ingin berhemat tetap saja bisa menikmati jalur yang sama karena selain menggunakan The Rahai’i Pangun itu, siapa pun bisa menyewa perahu-perahu kecil milik warga dengan harga yang jauh lebih murah meriah, yaitu sebesar Rp 150.000-250.000 untuk waktu dua jam hingga empat jam.
Dua perempuan Inggris
Wisata berperahu menyusuri Sungai Kahayan dan Sungai Rungan mulai hidup dua tahun ini atas inisiatif dua perempuan Inggris, Lorna Dawson-Collins dan Gaye Thavisin.
Lorna dan Gaye memilih angkutan wisata sungai karena infrastruktur jalan sering kali rusak. Mereka yakin jalur wisata yang bertumpu pada jalan darat akan mati. Lagi pula, tiada nilai jual dari wisata berbasis jalan di pulau yang datar ini sebab tiada pemandangan spektakuler.
Lorna memang telah jatuh hati dengan Kalimantan sehingga membuka paket wisata itu. Dia fasih berbahasa Indonesia dan telah bermukim di Palangkaraya sejak tahun 1996. Ketika itu, Lorna berkiprah di LSM Lembaga Pengembangan Masyarakat yang Berlanjut.
Keinginannya membuka paket wisata, menurut Lorna, tak semata untuk meraup keuntungan, tetapi juga untuk memberdayakan masyarakat dengan ekowisata. Pemasukan dari wisata diharapkan Lorna mendorong masyarakat untuk melestarikan hutan yang tersisa, termasuk mengendalikan penangkapan satwa.
Selain itu, tambah Lorna, 25 persen dari keuntungan bisnis ekowisata menggunakan kapal Rahai’i Pangun akan dijadikan dana mikrokredit untuk memberdayakan ekonomi masyarakat daerah setempat.
Impian Lorna dan Gaye ini menjadi oase di tengah obsesi Pemerintah Indonesia dan sejumlah elite pengusaha yang sibuk dengan mimpi-mimpi mengubah hutan menjadi ladang sawit dan menggantikan sungai serta kanal-kanal yang dibangun sejak ratusan tahun lalu dengan jalan raya.
Lorna dan Gaye sepertinya harus bekerja keras untuk mewujudkan mimpi mereka karena sungai-sungai di Kalimantan saat ini semakin menyusut saat kemarau dan banjir saat musim hujan. Apalagi limbah dari tambang liar terus mencemari sungai-sungai itu. (Courtesy Kompas/Antara)
Labels:
Kenangan...,
Orangutan di Sungai Rungan
Saturday, February 7, 2009
Wisata Belanja Batik “KAUMAN’

Dalam perkembangannya, Kauman juga dikenal sebagai Kampung Santri sebagai pengaruh dari keberadaan pesantren Mamba’ul Ulum pada masa kepemimpinan Sri Susuhunan Pakubuwono X. Sebagai pusat dakwah, kegiatan keagamaan seperti pengajian rutin dilaksanakan dan juga sebagai daerah yang berdekatan dengan keraton, penduduk sekitarnya dibekali keterampilan membatik yang diajarkan oleh pihak Keraton. Pada awalnya batik buatan para abdi dalem tersebut hanya boleh digunakan bagi kaum ningrat Keraton tapi dengan berjalannya waktu, kain batik menjadi budaya atau identitas rakyat Solo. Saat ini Batik sudah menjadi salah satu industri yang mendorong perekonomian rakyat Solo. Keberadaan sentra industry batik Kauman dan Pasar Laweyan menjadi nilai jual di bidang wisata budaya.
Di Solo ada dua komunitas besar yang bergelut dengan batik, Kampoeng Batik Laweyan & Kampoeng Wisata Batik Kauman, kemudian ada tiga besar saudagar batik besar: Semar, Danarhadi dan Keris, sementara masih banyak lagi pengusaha batik yang tersebar dikota Solo baik itu yang menengah atau yang home industry
Sekitar tahun 1850-an kain batik menjadi pakaian wajib bagi masyarakat Jawa pada khususnya, oleh sebab itu permintaan kain batik melonjak sehingga produksi batik pun otomatis juga meningkat. Pada akhirnya batik menjadi suatu industri rumahan yang dapat meningkatkan taraf hidup rakyat. Sehingga banyak diantaranya menjadi juragan atau saudagar Batik dan merekapun mampu mendirikan bangunan rumah – rumah yang megah dan indah.
Rumah – rumah milik pedagang batik ini yang berbentuk Jawa tradisional dipengaruhi oleh konsep arsitektur Belanda, jadi sampai saat ini pun rumau-rumah tersebut masih dapat dinikmati keindahannya. Rumah – rumah ini disebut Rumah Indies. Ciri arsitektur Jawanya terlihat pada pendopo yang terbuka dan atap limasan yang digunakan. Ornamen atau hiasan pada pendopo rumah mencerminkan status social pemiliknya. Semakin indah ornamennya semakin tinggi status social pemilik rumahnya. Arsitektur Belanda diterapkan pada ornament-ornamen bangunan seperti tiang bangunannya, gable atap, dan lambrissering. Adanya ornamen asing pada hiasan rumah senagai bukti bahwa penghuninya telah memiliki hubungan usaha dengan orang asing.
Di Kampung Kauman, anda bisa menyaksikan tampilan rumah yang dikelilingi oleh tembok tinggi sekitar kurang lebih 7 meter dengan bentang bangunan antara 1 – 5 meter dari ketinggiannya, sehingga ruma- rumah Indies ini berkesan tinggi dan gagah. (Courtesy Bitmap Image)
Labels:
Wisata Belanja Batik “KAUMAN’
Sunday, February 1, 2009
Duduk di Teras Cottage Sambil Baca Buku

BEBERAPA hari lalu saya menyaksikan sebuah stasiun televisi swasta yang menayangkan kegiatan memancing di laut lepas. Lokasinya kalau tidak salah di sekitar Berau, Kalimantan Timur. Salah satu potensi wisata yang ditonjolkan adalah Kepulauan Derawan.
Di kepulauan itu terdapat sejumlah obyek wisata bahari yang cukup menawan dan memikat para wisatawan dunia. Salah satunya adalah taman bawah laut. Para penyelam level dunia sudah sering datang ke tempat ini.
Sedikitnya ada empat pulau yang cukup terkenal di Kepulauan Derawan. Pulau-pulau itu bernama Pulau Maratua, Pulau Derawan, Pulau Sangalaki, dan Pulau Kakaban. Selama ini pulau-pulau itu dihuni satwa langka penyu hijau dan penyu sisik.
Menonton tayangan Derawan membuat sarapan pagi saya sedikit terhenti. Ketika itu saya sedang menikmati nasi dengan ikan tuna, ditambah lalapan kemangi dan sayur asem. Lamunan akan keindahan Pulau Derawan mengingkatkan perjalanan saya ke pulau itu. Saya pernah beberapa kali ke tempat itu. Suasananya benar-benar indah dan menawan.
Duluuuu.. ketika saya masa kecil, saya kerap bermain di daerah pesisir. Selama hampir sebelas tahun saya tinggal di Tuban, kota kecil di pesisir utara Pulau Jawa. Di kota tersebut saya sempat mengenyam pendidikan dari SD sampai SMA karena mengikuti ayah yang kebetulan dinas di kota itu.
Tinggal di daerah pesisir membuat saya sering mengunjungi pantai-pantai di sekitar Tuban. Ketika itu lautnya belum tercemar dan terlihat bersih. Herannya, kenapa saya kok kurang menyukai suasana pantai. Rasanya, mandi atau bermain di laut kurang nyaman lantaran airnya asin dan terasa lengket semua di badan.
Balik lagi ke Derawan. Biasanya saya berangkat ke Derawan berombongan bersama keluarga. Kami menumpang speedboat. Keakraban di antara sesama teman dan keluarga terasa sekali.
Walau saya kurang menyukai laut, tapi saya benar-benar jatuh hati dengan keindahan dan keelokan Derawan yang benar-benar menawan. Sepanjang mata memandang tanpa menceburkan diri ke laut pun, rasanya keindahan di kepulauan itu serasa merasuk ke dalam jiwa saya lalu melahirkan ketenangan pikiran dan hati.
Sebelumnya saya pernah mendengar, Kabupaten Berau telah merencanakan kawasan konservasi pulau-pulau kecil di Kepulauan Derawan. Potensi kawasan konservasi ini terlihat dari keanekaragaman hayatinya, antara lain satwa endemik.
Selain memiliki beberapa ekosistem tropis yang terdiri dari ekosistem terumbu karang, ekosistem lamun, dan ekosistem mangrove, Kepulauan Derawan juga punya spesies yang dilindungi dan khas. Spesies itu di antaranya ketam kelapa (Birgus latro), paus, lumba-lumba (Delphinus), penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Erethmochelys fimbriata), dan dugong (Dugong dugon).
Ketam kelapa dapat ditemukan di Pulau Kakaban dan Maratua, sedangkan ikan Paus bisa dilihat di sekitar Pulau Maratua. Biasanya ikan raksasa ini muncul pada musim-musim tertentu, sedangkan lumba-lumba berada di sekitar Pulau Semama, Sangalaki, Kakaban, Maratua, dan Gosong Muaras.
Penyu juga bisa kita temukan di sekitar Pulau Panjang, Derawan, Semama, Sangalaki, dan Maratua. Adapun Dugong di Pulau Panjang dan Semama. Spesies unik lain adalah Pari Manta (Manta birostris) yang terdapat di Pulau Sangalaki dan Pigmy Seahorse di Pulau Semama dan Derawan.
***
DUDUK di teras cottage sambil membaca buku ditemani sebutir kelapa muda, ehmm... terasa nikmat, apalagi hembusan angin pantai terasa agak kencang. Pandangan mata saya seakan lepas jauh sampai ke kaki-kaki langit. SubhanAllah... indahnya ciptaan Allah. Semuanya terasa sempurna. Paduan warna laut dan langit, apalagi ketika sunset... wow seakan-akan tidak ada kata yang keluar walau hanya sekadar melukiskan keindahan pemandangan laut Derawan.
Kadang pada saat berjalan di dermaga, kita bisa melihat beberapa ekor penyu besar sedang berenang di tepi dermaga. Ukuran penyu itu mungkin diameternya sekitar satu meter. Cukup besar jika kita bisa duduk di atasnya.
Atau bisa juga kita melihat ikan-ikan dan kadang ubur-ubur. Air lautnya amat jernih sehingga kita bisa melihat semua keindahan bawah laut dengan jelas. Serasa melihat aquarium alam. Apa yang saya gambarkan itu hanya sedikit kecantikan Pantai Derawan saat kita melihatnya dari dermaga.
Menurut teman-teman yang senang diving atau snorkling… alam di bawah laut Derawan lebih menakjubkan. Berbagai jenis ikan dengan warna, corak, dan ukuran bermacam-macam ada di taman-taman laut. Belum lagi kalau kita mengunjungi perkampungan nelayannya. Sebelumnya saya membayangkan, perkampungan itu kumuh seperti perkampungan nelayan lainnya. Tapi, semua dugaan saya itu meleset. Perkampungan nelayan di Derawan benar-benar rapi dan bersih. Tidak ada bau amis yang menyengat.
Satu lagi yang tidak pernah terlewatkan kalau jalan-jalan ke Derawan adalah barbeque party. Wauw…ikan, cumi, udang… fresh langsung dari laut. Tanpa banyak bumbu, hanya garam dan kecap, kemudian dibakar di atas bara arang dan sabut kelapa. Rasanya benar-benar mantap dan lidah semakin rajin menikmati makanan. Nasi hangat plus sambal dadak dan lalap menambah gairah untuk menyantapnya. Alhamdulillah… terima kasih atas semua karunia-Mu…
Itulah sekelumit kenangan saya tentang Derawan, sebuah pulau dengan pantai dan lautnya yang indah dan bisa merubah pandangan saya yang semula kurang suka laut, berubah menjadi cinta laut. Sekarang saya dengan bangga menceritakan keindahan Derawan ke semua orang. Teman-teman yang suka diving selalu saya sarankan agar pergi ke Derawan. Gimana.... Ada yang tertarik dengan Derawan? (Courtesy Kompas/Antara)
Subscribe to:
Posts (Atom)