Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Wednesday, October 29, 2008

Tradisi Sasak dan Senandung Rinjani

UDARA dingin dan beku tak mau enyah. Tapi Alam terus menggandeng anaknya Ahmad Adi menapaki bibir kaldera Segara Anak menuju puncak Gunung Rinjani, di ketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut.Alam saat itu bisa berbangga, anaknya yang baru berusia 10 tahun, bersedia ikut bersamanya menguras tenaga mendaki cadas dan hamparan savana serta hutan cemara di kawasan gunung.Sepanjang usianya dia dekat dengan alam, sama dengan namanya. Dan terhitung sudah 18 tahun, selain bertani ia juga menjadi porter atau pengangkut barang sekaligus koki para pendaki gunung.Kini anaknyalah yang harus dia didik untuk mencintai Rinjani sebagaimana dia juga mencintainya sepanjang hidup. "Kebetulan dia (Ahmad Adi) sedang libur sekolah dan saya ajak ke sini (Rinjani)," terangnya.Bagi suku Sasak, Nusa Tenggara Barat, Gunung Rinjani adalah penyambung kelangsungan hidup sekaligus penopang ekosistem Pulau Lombok. Pengaruh agama membuat sebagian masyarakatnya meyakini kesakralan Rinjani. Dan kesakralan itulah yang membuat alam Rinjani dijaga ketat oleh adat."Mengenal suku Sasak berarti juga tahu dengan Gunung Rinjani, kita bersama-sama memandangnya sakral dan sangat dekat dengan jiwa Sasak," ujar Ilham pemuda asal Lombok Tengah.Kesakralan itu juga mempengaruhi produk seni dan budaya masyarakat setempat. Sebuah produk yang sarat dengan filosofi persaudaraan dan cinta di tengah dua agama Islam dan Hindu yang berpengaruh di Lombok.Meskipun ada tradisi presean, yaitu pertarungan derajat lelaki Sasak bersenjatakan rotan, namun bukan perselisihan yang coba diasah justru beriuk tinjal saling sedok atau saling tolong, sama-sama susah dan senang, kekeluargaan serta damai sedamai alam Gunung Rinjani. (Courtesy Kompas/Antara)

Papua Makin Populer di Mata Turis

Jalan-jalan ke Papua? Jauh kaleee.... Mungkin itu tanggapan sebagian orang jika ditawarkan jalan-jalan ke provinsi di ujung timur Indonesia itu. Papua memang tidak populer sebagai destinasi wisata. Selain jauh, infrastruktur di provinsi itu juga terbatas.
Namun, siapa nyana, ternyata salah satu kabupaten di Papua, yaitu Biak Numfor, mendapat lonjakan kedatangan wisatawan. Arus kunjungan wisatawan ke Kabupaten Biak Numfor,Papua, dalam dua tahun terakhir mengalami kenaikan 29,3 persen dari 16.216 orang menjadi 20.976 orang. "Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Biak Numfor 30,17 persen itu terbanyak adalah wisatawan Nusantara," kata Bupati Yusuf Melianus Maryen, dalam laporan pertanggungjawaban akhir jabatan 2004-2008 di Biak, Selasa (22/7). Ia menyebutkan, dari peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Biak Numfor dengan waktu tinggal bagi turis luar negeri berkisar 3-10 hari hingga satu bulan. Sejalan dengan itu, peningkatan arus kunjungan wisatawan ke Biak diimbangi juga dengan terpenuhinya tingkat hunian hotel mencapai 80 persen dari kapasitas kamar yang tersedia. "Peningkatan arus kunjungan wisatawan luar negeri dan nusantara ke daerah ini terjadi sejak pemerintah kabupaten mencanangkan Biak sebagai kota jasa sejak beberapa tahun belakangan ini,"ungkap Bupati Maryen saat menyampaikan laporan pertanggungjawaban akhir jabatan setebal 54 halaman.
Yang menarik di Biak
Meski tidak populer, bukan berarti Biak tidak menarik. Kabupaten yang terletak di bagian utara Papua ini memiliki sejumlah obyek wisata yang layak disambangi. Yang paling eksotis adalah wisata bawah air. Laut Biak menyimpan keindahan tiada tara. Kondisi alamnya masih alami. Keindahan alam bawah air ini dapat dijumpai di daerah sekitar Atol kepulauan Padaido, arah Timur Pulau Biak.
Di Kota Biak, obyek wisata yang dapat dinikmati para pelancong adalah Pantai Water Basis, Taman Anggrek, Taman Burung, Kolam Biru, Pantai Parai, Museum Biak, dan Goa Jepang
Sementara di Biak Timur ada Pantai Bosnik, Pantai Barito, Tanjung Barari, Hutan Damar Adibai, dan Kepulauan Padaido. Di Biak Utara ada Pantai Korem Biak Utara, Pantai Wari, Air Terjun, dan Batu Gong. (Courtesy Kompas/Antara)

Tasikmalaya Bukan Hanya Kampung Naga

Selama ini tujuan wisata di Tasikmalaya yang paling populer adalah Kampung Naga. Padahal, di Tasikmalaya ada 30 objek wisata. Potensi wisata lain itu belum digarap secara maksimal. Untuk memperluas tujuan wisata di Tasikmalaya Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Tasikmalaya mengembangkan empat potensi wisata, yakni wisata Cipanas Cipacing, Cipanas Cigunung, Imah Sunda (Rumah adat Sunda), dan Wisata jiarah Tubagus Anggariji. "Empat potensi wisata itu sudah mulai dibangun dan ditargetkan selesai akhir tahun 2008," kata Kepala Seksi Pengembangan Produk Wisata, Edi Chrisyadi, awal pekan ini. Edi mengatakan, jumlah potensi wisata di Tasikmalaya seluruhnya ada 30 objek wisata. Dari jumlah itu yang sudah dibangun dan dipromosikan ialah Gunung Galunggung, Wisata jiarah Pamijahan kemudian tiga pantai Cipatujah, Sindangkerta, Karang Taulan. Sisa potensi wisata belum dikelola dan dikembangkan oleh pemerintah setempat karena terbentur masalah biaya. Ia mengatakan, dana bantuan yang sudah diberikan pemerintah digunakan untuk membangun empat potensi wisata dan penataan enam fasilitas objek wisata yang sudah berjalan. Sementara itu, pembangunan Imah Sunda di Kecamatan Bantar Kalong, menurut Edi, akan menjadi daya tarik baru bagi para wisatawan yang akan datang ke pantai Cipatujah, karena Imah Sunda itu dikhususkan sebagai setra Seni Budaya Sunda dan tempat istirahat bagi para pengunjung pantai Cipatujah. (Courtesy Kompas/Antara)